Bahwa Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia, kamu pasti sudah tahu.
Tapi tahu tidak kalau 14 tahun lagi, yakni tahun 2030, dalam laporan
yang dirilis September 2012 McKinsey Global Institute memprediksi
Indonesia menjadi negara dengan perekonomian terbesar ke-7 di dunia,
mengalahkan Inggris dan Jerman?
Cuma agar prediksi itu menjadi
kenyataan, banyak yang harus dilakukan. Antara lain Indonesia perlu
menyiapkan 113 juta tenaga kerja yang kompeten, terampil dan ahli di
bidangnya. Untuk yang satu ini, kuncinya terletak pada pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan berkualitas menjadi fondasi agar generasi muda
kita bisa menang bersaing dari rekan-rekannya yang berasal dari ASEAN
maupun belahan dunia lain.
Namun ada fakta menyedihkan terungkap
dalam diskusi pendidikan Think Beyond the School di Jakarta beberapa
waktu lalu. Dalam bidang pendidikan, Nenny Soemawinata (Chief Executive
Officer, Putera Sampoerna Foundation) menyebutkan Indonesia duduk di
peringkat 69 dari 71 negara. Posisi Indonesia kalah jauh dibandingkan
Vietnam yang duduk di peringkat 12.
Nah kalau begitu pendidikan seperti
apa yang harus diberikan kepada generasi muda,termasuk anak-anak kita,
agar mereka tidak kalah bersaing di masa depan? Cukupkah memilih sekolah
yang berkualitas, unggulan, nasional? “Ketika memilih sekolah, perlu
cermati juga alur pendidikan secara menyeluruh,” kata Nenny.
Apa sih maksudnya? Alur pendidikan,
jelas Nenny, bukan melulu tentang kurikulum, silabus atau proses belajar
mengajar. Alur pendidikan adalah rangkaian alur pendidikan yang
dibangun secara holistik, yang menjamin adanya pendidikan berkualitas
secara konsisten dan berkesinambungan mulai dari taman kanak-kanak
sampai perguruan tinggi.
Di Indonesia sendiri, ada empat sistem
pendidikan: sistem nasional Indonesia, sistem UK-Cambridge, sistem
Eropa – International Baccaulaureate, dan sistem Amerika. Masing-masing
punya kekuatan dan kelemahan.
Sistem nasional Indonesia misalnya,
menerapkan wajib belajar 9 tahun: 6 tahun pendidikan dasar dan 3 tahun
pendidikan menengah pertama. Sistem ini menitikberatkan pada hafalan
dan pengulangan. Belakangan, ada sekolah yang menambahkan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar.
Sementara itu sistem Amerika fokus
pada keterampilan praktis dan kemampuan memecahkan masalah. Sedangkan
sistem Eropa – International Baccalaureate mendorong penguasaan materi
yang seimbang dan antar-ilmu, dan sistem Britania Raya – Cambridge
menyediakan kualifikasi berjenjang.
Jadi mana yang terbaik untuk
Indonesia? Menurut Chief Operationg Officer Sampoerna School System Dr.
Marshall E. Schott, solusinya bisa merupakan kombinasi: sistem
pendidikan berstandar kualitas pendidikan internasional tetapi
terintegrasi dengan kurikulum nasional. Paduan sistem Amerika dengan
sistem Nasional Indonesia, sebut Schott, bisa melahirkan lulusan dengan
kompetensi analisis dan cara berpikir kreatif, juga kompetitif secara
global.
Schott mencontohkan pendekatan
pembelajaran Sampoerna Schools System yang berfokus pada science,
technology, engineering, art, dan math (STEAM) dan menggunakan kurikulum
internasional dalam bahasa Inggris. Lulusan sistem Sampoerna Schools
System yang diterapkan dari tingkat taman kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, klaim Schott, memiliki kompetensi analisa dan cara berpikir
kreatif. Mereka juga selalu ingin tahu dan ingin belajar. STEAM sendiri,
menurut U.S, National Science Foundation, akan menjadi tuntutan dalam
80% pekerjaan masa depan di seluruh dunia.
Psikolog Ratih Ibrahim menegaskan,
untuk memastikan prestasi dan menjamin kesukesan anak kelak, orang tua
memang tidak hanya perlu melakukan perencanaan alur pendidikan yang
tepat, tapi juga jeli mengidentifikasi potensi anak. “Salah satu yang
utama adalah memilih pendidikan berkualitas yang mampu mengakomodasi
kemampuan dan bakat anak dan paling sesuai dengan karakteristik dan daya
kembang setiap anak,” tegasnya. Ia menyarankan, perencanaan sekolah
dilakukan jauh-jauh hari, bahkan sebelum sang anak dilahirkan.
Namun Ratih juga mengingatkan agar
sukses kelak, generasi muda kita juga perlu luwes bergaul, menguasai
bahasa asing, serta punya empati dan sopan santun.
http://www.pcplus.co.id/2016/03/fitur/37134/
Tidak ada komentar:
Write komentar